(image by Mona Termos on Canva Studio)

Pernahkah kamu merasakan kondisi saat kamu begitu jauuuh dari Al-Qur'an? Baca Al-Qur'an seenaknya aja alias kalau ada waktu luang. Atau, asalkan sehari ini baca Al-Qur'an meski hanya setengah halaman. Atau, baca Al-Qur'annya seminggu sekali yakni setiap hari Jumat alias saat baca surah Al-Kahfi/yasinan aja. Atau bahkan, justru sudah lama tak membaca Al-Qur'an? 

Kalaupun membaca, kamu merasa tidak ada perubahan yang dialami oleh dirimu. Kamu tetap galau, kamu tetap sedih, kamu tetap sambat. Kalaupun membaca, kamu merasa bosan, kamu tidak merasa tenang dan nyaman, justru ingin segera mengakhiri bacaan dan kembali membuka handphone. Bahkan, ayat-ayat yang pernah kamu hafalkan seketika kabur dan menghilang, tetapi sulit juga untuk dikembalikan. Pernahkah mengalami ini?

Namun, meski begitu, di satu sisi, kamu tetap merasa bersalah karena terlalu mengabaikan Al-Qur'an sehingga untuk kembali PDKT-an dengannya terasa begitu berat, terasa seperti ada dinding penghalang. Berat dan maleees banget rasanya untuk memulai dan konsisten. Duh, gimana ya cara untuk bisa kembali rindu dan dekat dengan Al-Qur'an?

Beberapa minggu yang lalu, saya sempat merasakan hal ini. Hampa banget rasanya.. Namun, untuk bisa terus rindu dan dekat dengan Al-Qur'an juga rasanya begitu sulit. Alhamdulillah, saat itu, saya mendapat informasi dari Gema Insani Press bahwa mereka akan melakukan bedah buku yang berjudul Obat Rindu Al-Qur'an. Buku keluaran Gema Insani ini adalah buku terjemahan, yang ditulis oleh penulis aslinya bernama Amru Asy-Syarqawi. Ada beberapa poin yang disampaikan oleh penerjemah, Ust. Faris Jihady, Lc., M.A., yang diambil dari beberapa tulisan di dalam buku. Bedah buku ini dikemas dalam bentuk webinar dengan diberi judul "Self Healing With Qur'an; Terapi Terbaik untuk Jiwa".

Berikut ini tips-tips yang disampaikan saat webinar kemarin. Simak sampai selesai, yaa.

Langkah-Langkah Awal

Langkah awal dalam menjalani resep obat rindu ini adalah berdamai dengan Al-Qur'an. Seperti apa sih berdamai dengan Al-Qur'an?

1. Bertilawah. Upayakan menambah waktu tilawah tanpa menunggu momen (misalnya, biasanya kita membaca hanya setelah magrib, maka waktu bertilawah ini bisa kita tambah). Tujuannya adalah dengan memaksakan diri bercengkerama lama dengan Al-Qur'an; mengingat, kita sedang merasakan keterasingan karena sudah cukup lama jauh dari Al-Qur'an. Kemudian, saat kita "memaksakan diri" membaca Al-Qur'an, upayakan tidak terdiktrasi dengan hal lain, terutama notifikasi handphone. Belajar sabar, ya.. Jangan sampai kita menjadi orang yang bakhil alias pelit, yakni orang yang pelit meluangkan waktu dengan Al-Qur'an. Penulis juga menyarankan untuk membaca Al-Qur'an pada malam hari karena malam hari adalah waktu berhimpunnya hati.  

2. Berupaya memahami Al-Qur'an. Kita pedekatean dengan seseorang yang belum jelas aja akan berusaha memahami karakter si dia. Apalagi dengan Al-Qur'an, kalamullah, petunjuk hidup dan penyembuh hati manusia. Kita tak kan pernah tahu hakikat Al-Qur'an itu sendiri kalau kita tak mengenali dan memahami Al-Qur'an. Alangkah lebih baik saat bertilawah, kita baca juga artinya. Meski saat membaca Al-Qur'an kita belum tahu artinya, kita sudah berupaya memulai langkah membersihkan hati.

3. Duduk membersamai majelis Al-Qur'an. Sungguh, ini akan berpengaruh banget. Motivasinya akan lebih kuat. Kita juga akan merasa nikmat dan kabita seperti mereka (yang semangat mendekati Al-Qur'an). 

4. Berinteraksi dengan Al-Qur'an sebagai wahyu. Sering kali kita memahami Al-Qur'an hanya sebatas historis (semata sebagai fakta historis yang pernah ada dalam sejarah; diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, wahyu yang turun karena ada peristiwa tertentu, dan lain-lain). Padahal, seharusnya, kita pahami dan sadari bahwa Al-Qur'an adalah pesan Allah, berlaku sepanjang zaman, berasal langsung dari sisi-Nya. Haruslah disertai dengan pengagungan, pemuliaan, dan keyakinan bahwa firman Allah tidak semata selesai saat Nabi wafat, tetapi berlaku hingga akhir zaman.

Upaya Ta'ahud (Merawat) dan Tatswiir (Menggali) Al-Qur'an

Beberapa upaya merawat Al-Qur'an adalah tilawah secara rutin dan menyetorkan bacaan kepada guru (baik dalam rangka menyetor hafalan, belajar tahsin, maupun melapor jumlah tilawah dalam sehari). Sementara itu, upaya menggali Al-Qur'an adalah dengan memahami makna ayat, pembacaan yang mendalam (misalnya dengan membaca tafsirnya), dan diskusi tentang isi Al-Qur'an dengan yang ahli. 

Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menghasilkan perilaku yang bisa membaca Al-Qur'an dengan tafsirnya (penjelasan makna yang dikandung), ber-tadabbur (perenungan Al-Qur'an dengan maksud mengambil nasihat), dan ber-ta'atssur (merasakan pengaruh emosional setelah membaca Al-Qur'an).

Berobat dengan Al-Qur'an 

Saat kita sakit, kita harus minum obat pahit, bahkan hingga dirawat. Semua yang kita makan pun terasa pahit. Hal ini juga akan terasa saat kita berusaha menyembuhkan hati kita yang telah lama jauh dengan Al-Qur'an, kita memerlukan perjuangan dalam memaksa dan membiasakan diri untuk selalu membaca Al-Qur'an. 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Dan jika engkau ingin mengambil manfaat dari Al-Qur'an, himpunkanlah hatimu saat tilawah dan mendengarnya. Dengarlah Al-Qur'an seakan engkau adalah orang yang diajak bicara oleh ayat-ayat tersebut." 

Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Allah dalam firman-Nya, "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya." (QS Qaf: 37)

Al-Qur'an adalah cahaya dan mata air. Dia adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Semangat pedekatean terus dengan Al-Qur'an, ya!

Related Posts