sumber: twitter @acotenri

Saya memang sempat kaget akan kehadiran 'monster' di film "Serta Mulia". Kok ya bisa-bisanya di film pendek Indonesia ada tokoh bukan manusia, yakni monster, yang dihadirkan sebagai makhluk yang kedudukannya sama dengan manusia (bukan monster yang biasanya menyerang seperti di film bergenre thriller, action, atau horor). Film pendek yang mengangkat cerita relasi manusia-monster ini begitu jarang hadir di Indonesia (atau bahkan belum ada, ya). Film ini memang benar-benar menabrak 'kebiasaan'. 

Saat saya menonton film ini, saya sempat berpikir bahwa penggagas film mengambil konsep film "Beauty and The Beast" atau film-film semacamnya, yang mengusung konsep tentang mencintai apa adanya, jangan memandang dari fisik, dan lain sebagainya. Karena itu pula, saya sempat menebak bahwa monster yang ada dalam film ini bisa saja sebagai titisan planet luar angkasa atau kutukan atau semacamnya, yang akan berubah menjadi putri cantik jelita seperti di film-film pada umumnya. Ternyata, tebakan saya salah. Kehadiran monster memang sengaja diciptakan hingga akhir, apa adanya.



Untuk yang mengamati wujud monster (yang kali ini kita sebut dia dengan nama "Din") dalam film, mungkin cukup detail melihat perubahan yang terjadi. Misalnya, Din berganti pakaian menggunakan baju wanita, kadang pula baju pria (yang saya lihat Din memakai rompi petugas DKI Jakarta berwarna kuning). Ternyata oh ternyata, saya baru tahu kalau Din menggunakan baju yang diambil secara random dari cucian orang. Sayangnya, hal ini tak tersampaikan dalam film (atau saya yang gak sadar, ya?). 

Selain penggunaan baju yang berbeda-beda dan unik, di bagian-bagian akhir, perawakan Din tampak lebih manis karena dihiasi juntaian bunga yang juga mencerminkan hatinya sedang berbunga-bunga. Bagi saya, adanya penambahan 'aksesoris' seperti ini cukup menghidupkan emosi tokoh yang sampai kepada pembaca. Bang Aco, alias pembuat film ini, mengaminkan ucapan Pak Del Toro yang berkata bahwa monster sebaiknya ikut tumbuh seiring ceritanya yang bertumbuh. Inilah yang Bang Aco lakukan. Sebuah keputusan yang tepat.



Kalau tentang wujud monsternya... Saya bahkan sempat mengamati dan mempertanyakan tokoh Din ini apakah nyata ikut casting atau sebenarnya rekaan yang diolah dalam bentuk 3D. Rupa monster yang saya lihat memang betul-betul detail dan bagus, terlihat profesional dan tak asal-asalan, alias tak terlihat bohongan karena kostum yang dikenakan. Ternyata, proses pembuatan monster prostetik ini membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Misalnya, proses cetak seluruh badan membutuhkan waktu delapan jam. Mendesain dengan lilin dan sculpting menghabiskan waktu selama lima hari. Belum make up-nya membutuhkan waktu sekira delapan jam. Dan lain-lain. Pantas saja hasilnya bagus dan memuaskan. Keren. 

Applause atas kerja keras Bang Aco dan tim yang telah menghasilkan karya unik dengan konsep yang segar. Terlebih, sebenarnya, menambah ilmu bagi saya, terutama tentang pembuatan monster prostetik. Kawan-kawan bisa baca lebih banyak di balik pembuatan monster "Din" dari twitter Bang Aco berikut ini.


Related Posts