Film pendek "We" karya tim Riuh Record ini adalah film sederhana tentang kisah seorang anak perempuan bernama Adin, lulusan SMA yang hendak menginjak bangku kuliah. Meski ide cerita diambil dari kisah sang anak, potret yang disoroti justru sosok seorang ayah.

Sang ayah yang baru pulang kerja, disambut hangat oleh anak perempuannya dengan ekspresi cemas. Sang anak rupanya menanti laptop sang ayah untuk melihat pengumuman hasil ujian masuk perguruan tinggi (mungkin SBMPTN, bisa pula SNMPTN). Hasilnya, sang anak lolos masuk perguruan tinggi yang diimpikan di Jakarta. Ekspresi bahagia dan haru jelas terekam di wajah keluarga itu. Meski, ekspresi sang ayah cepat berubah-ubah (dari gembira, haru, sedih, bercampur aduk) yang juga dengan menampilkan potret sang ayah sedang sendiri dan merenung. Cerita ini berakhir saat sang anak dan ibunya diantar oleh sang ayah ke bandara, lalu ditutup dengan adegan one take shot sang ayah di dalam mobil selepas mengantarkan anaknya. Adegan yang begitu menguras emosi penonton. 

Ceritanya sederhana. Apa yang membuatnya menjadi istimewa?


Pengambilan Ide yang Cerdas

Ide yang diambil oleh tim Riuh Record (yang berdomisili di Makassar) ini sebenarnya kisah umum yang terjadi oleh banyak sekali keluarga, yakni pengorbanan merantau seorang anak demi menuntut ilmu. Menariknya, gagasan pokok yang diangkat dalam film ini bukan tentang perjuangan sang anak, melainkan perjuangan orang yang ada di balik sang anak, yakni orang tuanya, atau lebih tepatnya kisah orang tua dalam melepas anaknya merantau. Hal yang lebih menarik lagi, di antara dua sosok ibu dan ayah, sosok yang dipilih untuk disoroti adalah sosok ayah. Sosok yang biasanya lebih dikenal sebagai penyokong yang kuat, tetapi tak banyak bicara, tak banyak terjun langsung dalam urusan pernak-pernik persiapan seorang anak yang akan merantau. Sosok yang terlihat lebih banyak diam, tetapi sesungguhnya ada sesuatu yang sedang ramai di dalam kepalanya.




Akting yang Mengagumkan

Penentuan pemain juga menjadi salah satu faktor bagusnya sebuah film. Selain diperankan oleh Rachel Amanda selaku anak yang bermain dengan begitu apik, film ini juga dibintangi oleh Teuku Rifnu Wikana yang memerankan sosok ayah. Dua aktor papan atas yang tak diragukan lagi dalam bermain peran. Rifnu Wikana berhasil menjabarkan isi hati dan pikiran seorang ayah tanpa suara dan banyak bicara. Dia mampu membuat penonton ikut menebak-nebak isi pikiran sang ayah, ikut larut dalam haru dan sedih, bahkan membuat penonton banjir air mata sejak di awal hingga akhir cerita. 




Pilihan dalam Pengambilan Gambar

Tim Riuh Record dan Bang Aco Tenriyagelli selaku sutradara, cerdas dalam proses pengambilan gambar. Ada beberapa adegan yang diisi hanya dengan gambar sang ayah yang sedang duduk dan berdiri merenung, merokok, serta menyetir mobil. Beberapa gambar diambil dari jarak yang dekat dan close up, ada pula dari atas dan jarak yang agak jauh, bahkan ada yang diambil dengan one shot atau long take, yakni teknik pengambilan gambar tanpa jeda dan potong. Di adegan inilah yang membuat penonton seolah-olah ikut dalam bagian dan begitu merasakan emosi sang ayah. 




Membuat Penonton Menerka-nerka

Beragam ekspresi sang ayah cukup banyak membuat penonton menerka-nerka dan berspekulasi. Misalnya, saat sang ayah mengekspresikan bahagia, lalu haru, kemudian sedih, saat melihat hasil pengumuman anaknya atau saat sang anak pergi bermain dengan teman-temannya. Mungkin sang ayah merasa bangga, tetapi juga sedih karena akan berpisah sementara dengan anaknya. Atau mungkin ada yang menebak bahwa sang ayah merenung karena mengingat nominal biaya kuliah anaknya. Ada pula yang menduga bahwa sang ayah sedih haru karena tak menyangka anak gadisnya sudah besar. Semua yang diperankan oleh Rifnu Wikana menghasilkan beragam tafsir penonton, sebebas-bebasnya. 

Selain membuat penonton menerka-nerka, penonton juga diajak nostalgia dan mengingat ulang pada perjalanan hidupnya (yang mungkin hampir mirip dengan kisah di film), pada sosok ayahnya, lalu mencocokkan sang ayah di film dengan ayahnya sendiri. Ini juga yang menjadi faktor tangisan penonton tak dapat dibendung.



Adaptasi Lagu

Selain faktor-faktor barusan yang membuat film "We" istimewa, film ini merupakan hasil dari adaptasi lagu "We" yang dinyanyikan oleh Juang Menyala ft. Cholil Mahmud dan Gardika Gigih. Lagu yang juga menjadi pengiring film ini mampu membuat film lebih hidup dan menyentuh hati penonton. Seperti di dalam lagunya, film ini juga memberi pesan tersirat, bahwa ada doa-doa baik penuh harapan meski dengan sedu sedan rindu yang tertahan, untuk orang-orang tersayang, terutama sang anak. 

Untuk yang ingin menonton film pendek "We", bisa klik video YouTube ini, ya. Selamat menonton, jangan lupa siapkan tisu! 



 

Related Posts