Review Film Miracle Letters to The President

Berawal dari story whatsapp salah seorang teman, saya mulai tertarik dengan film korea yang ternyata berjudul "Miracle: Letters to The President". Film ini juga banyak direkomendasikan oleh para netizen twitter sebagai salah satu film bagus dan mengharu-biru yang tayang perdana pada tahun 2021. Karena judulnya menggunakan frasa letters to the president dalam sebuah kata miracle, saya makin penasaran bagaimana sebuah 'keajaiban' bekerja dalam cerita. Cerita yang cukup menarik dan berhasil membuat saya menangis sesenggukan ini membuat film "Miracle: Letters to The President" menjadi salah satu daftar film yang wajib saya review meski ala kadarnya. 


Sinopsis dan Tokoh Film Miracle Letters to The President

Ide cerita "Miracle: Letters to The President" yang bisa ditonton di Viu dan Vidio (kabarnya akan tayang juga di Iqiyi) terinspirasi dari kisah nyata tentang pembangunan Stasiun Yangwon dengan latar waktu tahun 1980-an. Lee Jang Hoon, selaku sutradara, berkolaborasi dengan penulis naskah bernama Son Joo Yeon. Ide cerita tersebut dikemas dengan genre drama-fantasi yang tetap mengutamakan pesan bagi para penontonnya.

Pemain utama film "Miracle: Letters to The President" adalah Park Jeong Min (sebagai Jung Joon Kyung atau tokoh utama), Im Yoon Ah (sebagai Song Ra Hee atau teman sekolahnya Joon Kyung), Lee Soo Kyung (sebagai Jung Bo Kyung atau kakaknya Joon Kyung), Lee Sung Min (sebagai Jung Tae Yoon atau ayahnya Joon Kyung), Jung Moon Sung (sebagai Kim Yong Hwan atau teman kerja Tae Yoon), dan beberapa tokoh lainnya. Aktor Jeong Min yang saat ini berusia 34 tahun cukup berhasil memerankan seorang pemuda SMA yang berasal dari desa. Ia memerankan Joon Kyung yang lugu, kaku, polos, tetapi punya tekad. Akting yang diperankan oleh tokoh utama yang lain pun berhasil mengangkat karakter tokoh dengan cukup kuat.

Poster Film Miracle Letters to The President

Film "Miracle: Letters to The President" berkisah tentang Joon Kyung, anak dari desa yang kesulitan akses transportasi. Meski setiap hari kereta api selalu melewati desa, para warganya tetap perlu berjalan kaki sepanjang rel karena tidak ada stasiun yang dibangun di desa tersebut. Atas dasar pengalaman dan kepintarannya, Joon Kyung bercita-cita untuk mewujudkan mimpi masyarakat desa, yakni dengan membangun sebuah stasiun. Cita-citanya ini berhasil membuatnya semangat berjalan kaki dan bersepeda untuk sampai ke sekolah. Ia juga pantang menyerah dan tak gentar dalam mengirimkan banyak surat kepada presiden.

Kehadiran tokoh Bo Kyung selaku kakak Joon Kyung menjadi penghangat dan penyemangat Joon Kyung. Sebagai seorang kakak, Bo Kyung menemani adiknya dengan begitu perhatian dan setia. Ia juga hadir menemani perkembangan Joon Kyung sejak kecil hingga dewasa. Selain Bo Kyung, Ra Hee hadir sebagai pewarna hidup Joon Kyung. Ia yang menemukan bakat Joon Kyung dan menjadi inspirator dengan menawarkan beberapa solusi terhadap mimpi-mimpi Joon Kyung.

Usaha-usaha Joon Kyung akhirnya mendapat sambutan dari pemerintah. Namun, sayangnya, pemerintah hanya bisa mengizinkan pendirian bangunan stasiun, tetapi perlu waktu yang lama untuk menunggu stasiun itu dibangun. Konflik-konflik kecil ini mulai dikenali kepada penonton dan diselesaikan secara pelan-pelan hingga klimaks cerita muncul di bagian mendekati akhir cerita.     


Keunggulan Film Miracle Letters to The President

Beberapa ulasan ini menonjolkan sisi unggul film dan menjadi alasan kenapa harus menonton film "Miracle: Letters to The President". Selama menonton, film ini membuat emosi saya bercampur aduk, mulai dari bahagia, kaget, tertawa kecil, remuk, sedih hingga lega. 

Ulasan Miracle Letters to The President

1. Tentang semangat anak muda dalam meraih mimpinya

Mimpi Joon Kyung sebenarnya bisa juga dimimpikan oleh banyak orang, terutama anak seumurannya. Namun, tidak semua yang bermimpi melakukan usahanya dengan bersungguh-sungguh untuk dikejar dan dihadapi, sekalipun dengan cara yang belum tepat. Dengan keterbatasan informasi, Joon Kyung menulis surat ala kadarnya kepada presiden. Meski tak kunjung dapat jawaban, ia tak berhenti menulis surat. Selama proses itulah ia menemukan cara yang tepat dari Ra Hee, yang kemudian caranya dalam menulis surat ia perbaiki. Joon Kyung tidak terlalu berpusing ria memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk mengirim surat sehingga menunda-nunda melakukan aksi. Selain itu, Mimpi Joon Kyung pun dapat menjadi contoh dalam peduli terhadap lingkungannya, yang di dalam cerita ini sebagai bentuk keresahan hatinya. 


2. Terdapat pesan tersirat yang sangat menyentuh hati

Bukan hanya tentang betapa pedulinya ia terhadap orang-orang terdekat, melainkan juga tentang kehangatan yang perlahan dibangun antaranggota keluarganya. Sejak awal cerita, Bo Kyung hadir membawa kehangatan bagi diri Joon Kyung. Hal ini berbanding terbalik dengan sikap ayahnya. Selain itu, kehadiran tokoh para tetangga dalam film ini juga membawa kehangatan bagi penonton sehingga berhasil membuat penontonnya tersenyum simpul. Di tengah durasi film, rahasia cerita mulai dimunculkan sedikit demi sedikit dengan membawa pesan bagi penonton. Pesan-pesan yang dihadirkan pun berhasil membuat ambyar dan dada sesak. 


3. Plot twist yang mengejutkan dan alur yang memuaskan

Sejak awal, saya selalu penasaran bagaimana surat-surat yang dikirim berisi impiannya Joon Kyung dapat terealisasi atau terwujudkan oleh presiden. Namun, ternyata bukan itulah poin pentingnya. Bukan itu pula yang menjadi klimaksnya. Alur cerita mengalun dengan tenang membawa penonton hanyut dalam emosi setiap tokoh. Sepanjang film, saya tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya dan rahasia apa yang akan dihadirkan. Setelah pertengahan durasi yang membuat saya kaget dan dada sesak, pada tiga puluh menit menjelang ending cerita, emosi saya dibuat jungkir balik. Ada perasaan yang bercampur aduk antara pedih, sedih, dan pilu, tetapi melegakan. Meski alur yang digunakan adalah alur maju, ada beberapa bagian kilas balik ke belakang (flasback) yang digunakan untuk mengungkapkan beberapa rahasia. Menurut saya, alur dan gambaran cerita begitu rapi tersampaikan.
    

4. Sinematografi yang mengagumkan

Karena berlatar waktu pada tahun 80-an, tone yang digunakan adalah tone hangat yang cocok dan nyaman dilihat dalam menampilkan latar masa lalu. Latar pedesaan pun terlihat adem karena juga menampilkan kekompakan para tetangganya dalam bergotong-royong. Pengambilan gambar yang apik beserta pemilihan tone ini berhasil menarik dan menghanyutkan emosi penonton.

 
Namun, dari beragam kelebihan tersebut, entah mengapa kehadiran 'sang kekasih' tokoh utama bagi saya hanya sebagai pemanis, meski tak dapat dipungkiri romansanya tipe romansa polos dan menggemaskan ala anak muda. Ingin ditempatkan sebagai inspirator utama sang tokoh pun masih agak tanggung. Meski begitu, kehadirannya cukup menjadi bumbu sebagai pelengkap komposisi cerita agar seimbang. Saya bahkan lebih menyukai chemistry antara tokoh utama dan kakaknya. Chemistry yang dibangun oleh keduanya inilah yang berhasil membuat saya terisak-isak. Bagi saya, kakaknya inilah sang inspirator yang sesungguhnya. 

Satu pesan utama yang membawa kesan bagi saya adalah sesuatu hal yang sudah terjadi hanya bisa disesali, tetapi bisa diusahakan untuk tidak terulang kembali. Bagi saya, kesempatan hanya datang satu kali. Kesempatan yang kedua kali mungkin akan muncul, tetapi kondisi tak akan sama lagi. Selain itu, dalam film ini, justru tokoh bapaklah yang menjadi kunci. 

Film yang berbicara tentang kehilangan, penyesalan, dan keberanian melanjutkan hidup dalam mengambil sebuah keputusan ini, menjadi rekomendasi film yang patut ditonton. 


Related Posts