Libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore hore hore, hore!
 

Lagu Tasya kecil ini selalu terngiang-ngiang di kepala setiap kali memasuki waktu liburan, terutama setelah masa-masa belajar atau bekerja yang begitu padat. 

Perjalanan kali ini adalah perjalanan cepat dan hemat. Kami tidak perlu menginap di sekitar pantai karena perjalanan cukup dengan pulang-pergi. Pemberangkatan dimulai pukul 2 dini hari dari Ponorogo (daerah kota) dengan tujuan Pantai Watu Karung. Perlu waktu tempuh lebih kurang 3 jam untuk sampai di pantai, waktu ini dihitung pula dengan istirahat salat subuh. Sebagai orang Sunda yang sejak kecil bolak-balik Bandung-Tasik dan memilih Pantai Pangandaran sebagai pantai wisata langganan, saya pikir Jalan Malangbong, Limbangan, Gentong, dan jalan-jalan menuju Pantai Pangandaran adalah jalan ekstrem yang bikin mabuk kendaraan. Namun, nyatanya, jalan menuju Pacitan lebih jauh di luar dugaan saya karena jalannya lebih berkelak-kelok membentuk huruf S tak berujung. Selain itu, jalannya pun cukup sempit dan sepi. Bahkan, saat dalam perjalanan pergi ini, saya hanya menemukan satu-dua kendaraan selain kendaraan kami yang melintas (di jalan gunung menuju pantainya ya). 

Sekira pukul 5 lebih mepet-mepet setengah 6, kami sampai di Pantai Watu Karung. Sebenarnya, kami berniat untuk melihat sunrise di pantai. Sayangnya, tidak semua pantai menjadi tempat yang tepat untuk melihat matahari terbit, mungkin termasuk Pantai Watu Karung ini. Entah pula ditambah dengan kondisi cuaca yang mendung saat kami tiba. Sempat pula turun hujan gerimis yang membuat kami khawatir jika hujan turun lebih cepat. Namun, untungnya, gerimis tak berlangsung lama.

dipotret saat baru sampai


Gerbang masuk Pantai Watu Karung ditandai dengan tulisan ala kadarnya, tetapi tetap terlihat. Untuk masuk ke area pantai, kami diarahkan masuk gang yang cukup untuk mobil. Di sepanjang gang ini, terdapat cukup banyak vila atau penginapan khusus untuk para pengunjung. Tempat penginapannya pun beragam, ada yang seperti rumah, kos-kosan sederhana hingga mewah, ada pula dalam bentuk vila mewah. Apakah perlu membayar tiket masuk saat ke pantai tersebut? Tidak. Karena kami datang pagi sekali, kami tidak melihat petugas khusus untuk membeli tiket atau petugas parkir. Bahkan, hingga kami pulang pun, tidak ada tanda-tanda perlu membayar.

salah satu vila terdekat yang langsung menghadap pantai

Laut-laut di Pacitan termasuk laut selatan Indonesia yang langsung menghadap ke laut lepas Samudera Pasifik, samudera terbesar di dunia. Oleh karena itu, ombak di laut ini adalah ombak besar dan berbahaya sehingga dilarang bagi para pengunjung untuk berenang (peringatan ini juga ditulis di sekitar pantai). Selain itu, terdapat pula peringatan waspada dengan gurita berbahaya yang mungkin ada di tepi laut. Meski tidak dapat digunakan untuk berenang, wisatawan disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa cantik dan indah. Ada pula pengunjung yang bermain air di tepi pantainya, pantai yang sangat bersih dan benar-benar memanjakan mata. 

Meski masih pagi, kami melihat petugas kebersihan (yang jumlahnya cukup banyak) sudah berkeliling untuk memunguti sampah-sampah kecil yang mungkin berserakan di sekitar pantai dan bertugas mengambil sampah di tempat sampah. Saya kira, managemen dalam hal kebersihan di sini sudah cukup baik. Namun, sayangnya, di waktu pagi itu, toilet area pantai masih tutup (bahkan hingga kami pulang pukul 9). Jadi, saat saya ingin ke toilet, saya harus jalan kaki lebih dulu ke masjid terdekat, yang letaknya tak jauh dari gerbang gang pantai.

Saat itu, kami berkunjung ke pantai pada hari Jumat. Kondisi di sekitar pantai tidak ramai wisatawan. Bahkan, pengunjung yang lebih sering saya temui adalah turis mancanegara. Entah karena hari Jumat atau masih pagi atau bagaimana, warung-warung di sekitar Pantai Watu Karung masih tutup. Jadi, jika datang pagi sekali, disarankan untuk membawa makanan dari rumah yang bisa kita makan di bawah pohon pinggir pantai atau di gazebo yang telah disediakan.

warung-warung tepi pantai yang masih tutup

Pantai-pantai pesisir Pacitan ini tidak lebar membentang seperti Pantai Pangandaran karena dibatasi oleh tebing-tebing tinggi. Oleh karena itu pulalah, banyak pantai yang bisa kita kunjungi jika sedang berada di Pacitan.

Setelah beres sarapan pukul 9, kami memutuskan berangkat untuk mengunjungi pantai yang lain, yaitu Pantai Kasap. Pantai ini digadang-gadang sangat cantik mirip Green Canyon Pangandaran. Hal menarik yang menjadi kejutan bagi kami adalah adanya Sungai Kali Cokel di daerah Pantai Kasap yang masih begitu asri. Jika kita tak bisa berenang di laut Pacitan, kita bisa merasakan sensasi laut Pacitan dengan menaiki perahu dari Kali Cokel ini!

Sungai Kali Cokel

Karena jarak antara Pantai Watu Karung dengan Pantai Kasap hanya 1,9 kilometer, pemandangan yang disuguhkan pun sebenarnya sama indahnya. Namun, satu yang membedakannya adalah di salah satu bagian Pantai Kasap, terdapat gelombang ombak yang jauh lebih besar dan keras menghantam batu-batu pembatas. Di Pantai Kasap ini, ada satu gazebo besar yang sepertinya biasa dipakai untuk acara berkumpul, termasuk untuk yang sedang berkemah. Saya juga melihat bekas api unggun di tanah rumput yang cukup lapang, menghadap ke laut.

saat tiba di Pantai Kasap

potret pantai Kasap dari daratan agak tinggi

ombak di Pantai Kasap yang menghantam batu pembatas

tanah hijau menghadap Pantai Kasap

Berbeda dari Pantai Watu Karung, di Pantai Kasap, ada banyak kamar mandi yang tersedia. Hal ini mengingat banyak yang berenang di sumber mata air saat naik perahu mengarungi Kali Cokel. Selain itu, banyak pula jajanan yang disediakan di sepanjang jalan setapak menuju Pantai Kasap. Jadi, sebelum menikmati pemandangan Pantai Kasap, kami terlebih dahulu naik perahu dan berenang di mata air Kali Cokel. Setelah selesai mengarungi Kali Cokel, kami menjemur diri sekaligus mengeringkan pakaian dan makan (ronde kedua) di tepi Pantai Kasap. Jika badan sudah kering, perut sudah kenyang, mata sudah segar, dan badan mulai letih, kami yang telah berenang beranjak mandi untuk membersihkan diri, sekalian persiapan salat Jumat bagi para pria. 

Sebenarnya, kami ingin menjelajahi pantai-pantai lain yang ada di Pacitan. Namun, karena waktu yang mepet (terpotong waktu salat Jumat), perjalanan yang cukup jauh, serta kami yang sudah merasa puas sekaligus lelah, kami merasa cukup mengunjungi dua pantai yang indah ini. Semoga ada kesempatan untuk berkunjung kembali di lain waktu :)

peta destinasi pariwisata Pacitan (dok. pribadi)

Bagi yang sedang berlibur di Jawa Tengah atau Jawa Timur dan dekat dengan Pacitan, saya sarankan agar teman-teman menyengaja datang ke pantai di Pacitan, terutama bagi yang ingin menikmati keasrian dan kebersihan pantai. Pacitan ini menjadi daerah strategis karena berbatasan langsung dengan Yogyakarta (yang notabene banyak turis datang), Solo, Ponorogo, Wonogiri, dan Trenggalek.         

Related Posts