Foto oleh Mike Tinnion (Unsplash)
 


Bagi yang mengikuti perkembangan tata bahasa atau aturan penulisan bahasa Indonesia, mungkin tidak asing dengan istilah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Penamaan istilah PUEBI ini digunakan pada tahun 2015 yang menggantikan istilah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) edisi ketiga. Namun, menariknya, istilah penamaan PUEBI kembali diganti menjadi EYD (edisi kelima) sejak 16 Agustus tahun 2022 silam. 

Dari perubahan istilah ini, sebenarnya terjadi juga pembaruan-pembaruan aturan penulisan bahasa Indonesia. Kali ini, saya akan membahas aturan penulisan "maha" yang mengalami pembaruan pada EYD V.


Apa Itu Maha?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata maha merupakan bentuk terikat yang memiliki arti sangat; amat; teramat; besar. Misalnya, kita tidak asing dengan istilah mahasiswa dan mahaguru. Mahasiswa diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi atau pendidikan tinggi.

Karena kata maha adalah bentuk terikat, penulisannya pun harus digabung dengan kata yang menyertainya. Oleh sebab itu, penulisannya menjadi mahasiswa, bukan maha siswa

Nah loh, lalu bagaimana dengan penulisan maha yang berkaitan dengan Tuhan? Untuk  hal ini, aturan penulisan bahasa Indonesia memberikan aturan-aturan khusus. Pada bagian ini pulalah yang menjadi salah satu pembeda antara aturan PUEBI dengan EYD V.


Bagaimana Penulisan Kata Maha yang Benar?

Aturan PUEBI

Saat aturan penulisan bahasa Indonesia masih PUEBI, aturan penulisan maha memiliki beberapa poin penjelasan yang terdapat pada bab Kata Berimbuhan, di antaranya sebagai berikut.

Bentuk terikat ditulis serangkai dengan yang mengikutinya.

(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

  • Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
  • Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

Misalnya:

  • Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
  • Mintalah pada Tuhan yang Mahakaya.
  • Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.


Pada aturan PUEBI tersebut, kata maha yang diikuti dengan kata dasar, penulisannya harus digabung, seperti Mahahidup, Mahakuasa, Mahakaya, Mahasuci (pengecualian untuk Maha Esa).

Sementara itu, jika kata maha diikuti dengan kata turunan atau kata berimbuhan, penulisannya harus dipisah, seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi Rezeki, Maha Pembuka. 

Sampai sini, sudah mengerti aturannya, kan?

Eits tunggu dulu! Aturan barusan tidak berlaku lagi di EYD edisi kelima alias di aturan terkini. Untuk lebih jelas perbedaannya, berikut ini aturan penulisan kata maha yang tertera pada bab Kata Turunan di EYD V atau EYD terbaru. 


Aturan EYD V

(e) Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan.

Misalnya:

  • Tuhan Yang Maha Esa.
  • Tuhan Yang Maha Pengampun.
  • Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki.
  • Tuhan Yang Maha Kuasa.
  • Tuhan Yang Maha Suci.


Jika melihat perubahan aturan penulisan bentuk terikat maha, aturan di EYD V lebih sederhana dan ringkas serta familiar daripada aturan sebelumnya di PUEBI. Dengan kata lain, sekarang kamu sudah tidak usah pusing lagi tentang penulisan bentuk terikat maha yang berkaitan dengan nama atau sifat Tuhan karena semuanya ditulis terpisah. 

Sekarang makin paham, kan? Semoga bermanfaat!


Related Posts